Katanya persahabatan itu indah. Tapi ngga selamanya persahabatan itu selalu berjalan mulus. Tapi ini aku ngga katakan kalo itu sahabat tapi teman. Bisa dikatakan temen yang sering kumpul bareng kebetulan jadwal kuliah selalu sama. Beberapa tahun berteman dengannya memang aku tidak merasa nyaman dan mengapa aku tidak bisa menganggap dia sebagai sahabat, tapi dia bisa menganggapku sebagai sahabat. Ya terserah dia mau anggap sebagai apa. Yang jelas orangnya itu memang keras dan suka maksa. Memang dia punya kondisi keuangan yang lebih. Setiap kali dia mengajak aku kemana aku harus turutin, kalo tidak..pasti dia bakal marah sama aku. Sedangkan setiap kali pergi butuh uang. Kalo terus2an aku ngga bisa turutin dan memang saat itu aku ngga punya uang lebih. Tapi itu bukan alasan buat dia. Bahkan dia bela2in selalu mau bayarin aku kalo kemana2. Apa bisa terus2an seperti itu? Aku merasa ini sudah kelewat batas karena aku tidak boleh berkata tidak!
waktu berjalan terus.....
Akhirnya kita lulus kuliah dan setelah itu aku baru bisa merasakan bebas dari dia. Aku berusaha untuk tidak banyak kontek dengan dia lagi melalui HP. Sedangkan teman2 kumpul yang lain masih sering jalan bareng sama dia. Beberapa kali mereka menawarkan ke aku untuk adain acara reuni hanya sekelompok temen ini aja. Aku dengan berbagai alasan menolak karena aku sudah cukup capek punya seorang temen yang merampas kebebasanku.
Cerita punya cerita akhirnya lewat bertahun2..dan suatu hari tanpa disangka, tanpa di duga. Dia telpon ke HPku yang memang selama ini no itu ngga pernah di ganti. Aku kaget juga kok dia bisa telpon tapi ngga sempet diangkat, aku cuma liat missed call. Aku sempet mikir, ada apa ini anak telpon aku ya. Karena saat itu aku sudah melupakan sikapnya yang dulu. Akhirnya aku telpon balik ke dia dan akhirnya kita jadi banyak cerita selama kehilangan kontek.
Bedanya kali ini dia ngga seketus dulu kalo bicara. Dia mau ngajak ketemu katanya udah lama ngga ketemu dan minta aku yang bayarin makan kalo ketemu. Aku pikir boleh deh karena gimana pun dia masih temenku dan dulu juga dia sering bayarin aku makan. Aku mau atur waktunya besok2 tapi dia maunya hari itu juga.
Aku turutin aja, memang hari itu ngga ada acara.
Sorenya ...
Aku udah tiba di mall dan sambil makan di Tamani Cafe, tungguin kok ngga muncul2. 15 menit kemudian baru dia muncul. Aku memang agak kaget liat dia yang ngga seperti dulu, penampilan rapi tapi malah penampilannya asal2an hanya pakai celana pendek, kaos oblong, sendal jepit, tas ransel yang isinya banyak. Langsung aku persilakan dia duduk di depanku.
Dia mulai cerita kehidupannya yang selama ini sudah ngga pernah aku tau lagi. Semua ceritanya begitu menyedihkan, dari kehidupan keluarganya, rumah tangganya, dan anaknya. Seperti memang dia butuh bantuan. Dan memang ujung2nya dia mau pinjam uang sama aku. Aku mau bantu dia dengan memberikan uang dan aku anggap itu sebagai balas budiku juga ke dia juga membelikan susu buat anaknya. Selesai makan dan setelah aku bayar, kita pulang.
Dari sejak ketemu itu, dia mulai kembali rajin menghubungi aku hanya dengan urusan uang. Beberapa kali aku bisa membantu dan akhirnya aku sendiri pun angkat tangan karena sudah ngga sanggup. Seakan2 aku harus membiayai hidup dia. Aku mulai menyampaikan ke dia kalo aku ngga bisa terus2an bantu. Tapi dia malah kecewa dan memohon2 sama aku. Saat itu aku bener2 ngga bisa berbuat apa2, aku hanya bisa membantu sebisa mungkin dengan membelikan pulsa untuk HPnya.
Yang membuat akhirnya bener2 aku tidak mempedulikannya adalah saat dia membohongi aku kalo adiknya masuk Rumah Sakit dan butuh biaya. Aku uda curiga juga dengan dia. Aku ngga langsung memberikan uang itu karena memang jumlah uangnya cukup besar dan aku ngga mempunyai uang lebih untuk membantunya. Tapi di satu sisi aku kasihan sama dia dan aku bilang aku akan berusaha mencari bantuan juga untuk dia.
Dengan kata2 yang selalu menimbulkan curiga aku berniat melacak kebenarannya. Aku mau jenguk ke RS ngga dikasih dengan berbagai alasan. Kemudian dia memberikan informasi palsu ke aku tentang RS dan ruang perawatan. Aku cek dan ngga ada..
Aku telpon ke dia lagi dengan nada agak keras tapi dia selalu membela diri yang membuat kesabaranku hilang. Aku sampaikan ke dia kalo memang aku sudah cek dan ngga ada,pas hari aku mau jenguk katanya adiknya sudah pulang. setelah sudah berputar2 bahasa akhirnya dia mengaku kalau dia bohong!
GGGrrr....Aku sampai ngga bisa berkata2 karena kesel banget. Merasa kok dia membohongi aku, apa dia ngga mikir akibatnya dia berbohong. Selain dengan aku, apa tanggungjawab dia sama Tuhan.
Terus terang, dengan kejadian itu membuat aku bener2 susah untuk mempercayainya. Aku ngga mau terima telpon dia dan setiap kali dia telpon minta uang pulsa, paling aku kirimin kalo emang bisa. Di sini aku juga mau mengajarkan dia untuk hidup mandiri. Jangan menyusahkan temen2. Ternyata memang tidak hanya dengan aku dia seperti itu. Ke teman2 yang lain juga begitu sampai semua jadi kapok sama dia. Aku sekarang sudah kehilangan kontek dengannya. Dia keilangan no HPku, ini info dari seorang teman yang lain.
1 komentar:
ya ampun,,
parah banget tuh
Posting Komentar